Baca

Tokoh utama dalam cerita Si Manis Jembatan Ancol

Gambar
Tokoh utama dalam cerita ini adalah seorang pemuda bernama Ahmad. Dia dikenal sebagai seseorang yang jujur, pekerja keras, dan cerdas. Ahmad tumbuh dalam keluarga yang sederhana namun penuh kasih sayang. Ayahnya seorang petani sedangkan ibunya seorang guru di sebuah sekolah dasar. Ahmad selalu tekun belajar dan memperoleh nilai yang sangat baik di sekolah. Ia juga rajin membantu orang tua di sawah dan selalu siap membantu orang yang membutuhkannya. Meskipun hidup dalam keadaan yang sulit, Ahmad selalu berusaha untuk tetap optimis dan tidak pernah menyerah dalam menghadapi tantangan hidup. Hal ini membuat Ahmad menjadi sosok yang dikagumi oleh banyak orang. Akhir Kata Si Manis Jembatan Ancol , kita bisa menyimpulkan bahwa kebahagiaan sejati tidak selalu berasal dari hal-hal materialistis atau uang. Selain itu, kisah ini juga mengajarkan kita tentang pentingnya bersikap jujur dan memiliki hati yang tulus dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Meskipun terkadang terdapat rintangan da...

Novel Menikahi Gadis Pilihan Papah

 







Aaaa .... Andini!!"


"Apa yang telah kau lakukan dengan bajuku?!" Teriakan Lili menggema hampir di seluruh ruangan. Gadis itu segera keluar dari ruang ganti dan berteriak di dekat kamar Andini. Emosinya tak terelakkan lagi, karena jam undangan sudah hampir tiba.


"Andini kau pembantu tak pecus .... Aku pastikan Arsena akan langsung memecat mu" suara dengan nada tak terima terus saja terlontar dari bibir merah gadis multi talenta itu. Matanya melotot sorot kebencian begitu terlihat.


Ada apa ini, Lili kenapa kau berteriak seperti itu," Tanya Arsena yang buru buru keluar dari kamar mandi. Bahkan ia cuma memakai handuk kecil berwarna putih yang dililitkan di pinggangnya.


"Sayang lihatlah baju ini? Gadis kampung ini pasti sengaja, dia iri karena kamu belikan aku baju mahal ini."


"Apa betul Andini?"


Andini menggelengkan kepala berulang kali "Tidak Tuan, aku tidak sengaja." Andini selalu memanggil Arsena dengan tuan ketika ada Lili.


"Bohong, dia bohong. Kamu ingat kan, Yang. Dia juga pernah mengguyur bajuku dengan teh panas waktu itu. Pasti sekarang dia juga sengaja"


"Andini apa kamu bisa jelaskan?" Tanya Arsena dengan sorot mata tajam.


"Sudah kubilang aku tidak sengaja, puas, jangan karena aku orang miskin, kalian bisa bersikap seenaknya!!" Andini mempertegas ucapannya, ia mulai tak takut lagi, baik dengan Arsena ataupun Lili.


Arsena tersenyum sinis " Jangan harap aku akan mencintaimu Andini, dengan tingkah mu yang memuakkan ini."


Andini juga ikut tersenyum getir. " Siapa yang mengharapkan cintamu, kau terlalu percaya diri ,Tuan Ars."


"Sudah cukup Lili, kamu pakai baju kamu yang lain, kapan-kapan kita beli lagi," ujar Arsena, membujuk agar amarah Lili cepat reda. Selain itu kata katanya juga berhasil membuat hati Andini meradang.


"Tapi aku terlanjur suka, Sayang," kata Lili dengan manja.


Arsena kini ke kamarnya, meninggalkan ketegangan yang ada. Ia tak mau tubuhnya yang hanya tertutup handuk kecil sedari tadi menjadi tontonan dua wanita di depannya.


Lili yang geram sejak tadi melempar baju itu ke wajah Andini.


"Yang! Yang! tunggu ..." Lili mengejar Arsena hingga depan pintu.


"Tunggu aku diluar, Aku akan ganti baju." Arsena menghalangi lili masuk. Dengan segera menutup pintunya.


"Ars, kenapa kamu tidak memberi hukuman pada gadis kampung ini? Dia sudah menghancurkan rencana kita!!" Lili kini merajuk sambil menyandarkan tubuhnya di pintu kamar Arsena.


Rencana? Apa yang sedang ia rencanakan? batin Andini.


Andini pergi dari kamar Arsena. Menuju kamarnya sendiri sambil terus memikirkan rencana apa yang dimaksud Lili.


Andini tertegun namun tak mendapatkan jawaban. Akhirnya ia memutuskan untuk mengirimkan pesan pada Miko.


Miko kini lagi duduk santai sambil melihat acara sepak bola di TV, sambil menikmati sepiring potato goreng. Begitu mendengar suara getar handphonenya ia segera menghentikan aktivitasnya sejenak.


"Andini !" Miko bersemangat sekali membuka pesan dari Andini.


Andini: Miko, aku terima tawaranmu ... Aku mau ikut datang ke pesta pernikahan teman kantor kalian


"Habis Kepentok apa dia? Tiba tiba berubah pikiran , ha ... ha ... " Gumam Miko, senyum tersungging dari sudut bibirnya.


Miko langsung saja menghubungi Andini, membalas dengan pesan singkat tak membuat hatinya puas.


Miko:"Hallo Girl, apa benar yang kau katakan."


Andini:"Iya Miko. Benar"


Miko: "Siip, Bersiaplah dari sekarang, aku akan segera menjemputmu." kata Miko, suaranya terdengar sangat senang.


Andini kini mulai mengorek isi lemarinya mencari baju yang akan pas untuk dipakai ke pesta, namun sayangnya tak ada satupun baju yang pantas untuk di pakai ke tempat pesta hari ini.


Andini duduk termenung sejenak di tepian ranjang. Memikirkan apakah baju sederhana tak akan mempermalukan Miko nanti.


Andini akhirnya berinisiatif untuk pergi ke toko baju terdekat. Kebetulan toko yang ia datangi harga bajunya murah walaupun KW. Andini segera mengambil gaun sederhana berwarna biru, sekilas bentuk dan modelnya sama persis dengan gaun milik Lili tadi, hanya harganya saja yang beda jauh.


Setelah itu Andini juga mampir sebentar ke klinik kecantikan untuk makeup wajah dan penataan rambut sederhana saja. untuk menyelesaikan semuanya Andini hanya membutuhkan waktu sekitar dua jam.


Setelah selesai semuanya, Andini menghubungi Miko agar menjemputnya di depan klinik.


Miko yang kelewat semangat segera datang dengan memakai kemeja oxfort warna biru pula, dengan celana chinos berwarna hitam serta leather shoes senada dengan celananya.


Miko malam ini juga tak kalah ganteng dengan wajah artis Korea yang sering muncul di televisi. Sayangnya ia tak pernah berminat untuk menjadi model atau artis.


Miko yang melihat Andini sudah rapi ia segera melemparkan banyak pujian, Namun Andini yang tak memiliki perasaan apa apa terhadap Miko ia hanya menganggap pujian miko sebagai angin lalu.


"Wah kalau kau dandan begini kau malah terlalu cantik jadinya, coba Papa jodohin nya sama aku saja waktu itu, aku pasti akan sangat menyayangimu, Girl." Puji Miko sambil membukakan pintu depan untuk Andini.


"Garing banget sih kamu Mik, seperti nggak pernah lihat cewek dandan aja." celetuk Andini sambil merapikan gaunnya agar tak terjepit pintu.


Miko menutup pintu kembali, kemudian segera berlari berputar dan duduk di kemudi, sekilas ia melihat jam di arlojinya. Masih ada sedikit waktu. Cukup jika untuk sekedar buat nge gombal buat Andini.


"Iya, tapi sueer ... Beda banget sama waktu kuliah. Sengaja ya? Malam ini dandan cantik buat bikin aku jatuh cinta?'


"Apa'an sih Miko, berangkat nggak nie? Kalau nggak gue turun disini sekarang ya?"


Andini sudah membuka pengait, namun secepat kilat Miko menahan lengan Andini. "Jangan Girl, baiklah aku akan menyalakan mesinnya sekarang." Kata Miko. Namun pria itu tak berkedip sedikitpun memandang rupa Andini yang cantik bak seorang peri


****


Miko dan Andini sudah sampai di lokasi pernikahan sahabatnya, Nama Galang dan Giska sudah terpampang di depan pintu gedung. Bunga berjejer rapi menyambut para tamu.


Mobil Arsena juga sudah bertengger menempati tempat paling depan, pria itu pasti sudah datang sekitar satu jam yang lalu.


"Hai Miko, Akhirnya datang juga. Cewek lo ya?"


Tanya Galang penuh semangat. Pria itu ikut senang kalau Miko ternyata sudah melupakan mantannya yang masih jadi rahasia itu.


"Sekarang belum jadi cewek gue, tapi bentar lagi pasti akan jadi orang yang special di hati gue," jawab Miko. Sebuah ucapan bercanda, begitu terdengar garing. Harapan Miko itu akan terjadi ke depan nanti.


"Oh ... Buruan ya! Biar gue nggak sendirian jadi papa nanti."


"Apa'an sih Mas, membuatnya aja belom udah mikirin jadi papa." Giska tersipu.


"Entar malam kan kita mulai Sayang" kelakar Galang. Dan mendapat hadiah dari sang istri berupa cubitan di pinggang.


"Ok, Do'a in ya, Dia mau jadi Istri gue." Kata Miko. Sekilas menatap Andini sambil tersenyum.


Andini hanya bisa berpura pura senang dengan candaan mereka.


"Mau dong Mbak, Mas Miko nya cakep lho, mbak juga cantik kalian pasti akan serasi." ujar Giska lagi.


"Yang, jangan mulai ya, kita baru nikah nie, kamu udah memuji pria lain di depanku."


"Bener kok. Mas Miko emang cakep, tapi masih banyakan kamu sih," rayu Giska agar suaminya tak marah lagi.


"Girl, kita masuk aja yuk, udah lapar nih, kita biarkan aja pasangan pengantin somplak ini." Miko menautkan pergelangan Andini di lengannya. Mereka berjalan masuk layaknya pasangan kekasih.


Tegur sapa dari sesama karyawan tak pernah Miko acuhkan. Miko sangat akrab dengan mereka semua. Banyak diantara mereka yang mengira Andini adalah pacar baru Miko, hingga tak sedikit yang memberi ucapan selamat.


Miko dan Andini sudah bergabung dengan teman teman yang lainnya, menikmati hidangan yang tersaji di meja serta musik yang dibawakan oleh pianis di malam ini tak kalah romantisnya.


"Girl, aku ke toilet dulu ya!"


"Oh ... Iyah." jawab Andini sambil mengangguk.


"Mbak Andini sama Mas Miko kenal dimana?" celetuk salah satu teman kantor Miko.


"Oh, em ... Kami kenal dijalan."


"Kok dijalan sih, Mbak?"


"Iyah, waktu itu motor aku sedang mogok, jadi dia datang membantuku."


"Sweet banget emang Miko ya ... !" Beberapa orang kini malah mengerubuti Andini. Andini yang terlihat mudah akrab dan selalu tersenyum membuat kaum laki-laki dan wanita tak bosan berbicara panjang lebar dengan Andini.


Segerombolan orang yang sedang tertawa dan bersenda gurau membuat Arsena tertarik untuk melihatnya.


"Andini !" Pekiknya. Arsena


"Siapa Yang?" Liliana ikut menoleh dimana sorot mata Arsena tertuju.


"Itu ... Itu Andini, bukan?" Jari Lili menunjuk pada Andini yang sedang tersenyum simpul dan sesekali berbicara.


"Kok bisa dia ada di sini? Sama siapa?" Lili terlihat tak suka.


"Entahlah kamu tunggu disini ya biar aku kesana?" Arsena mulai melangkahkan kaki menghampiri Andini.


"Yang, buat apa? Dia pasti nggak sendiri nanti malah merusak kebersamaan kita. Mending kita dansa yuk"


Lili terus saja menarik lengan Arsena menuju lokasi dansa. "Tapi, Beb ...! Aaarg." Arsena tak bisa menolak ajakan Lili.


Walaupun sedang berdansa dengan Lili, tapi netra Sena terus saja memandangi Andini. Ia masih penasaran siapa yang mengajaknya kesini, dan malam ini kenapa ia bisa begitu cantik.


"Sayang, lihat aku dong ... Kamu lihat kemana sih." Lili menarik wajah Arsena yang selalu menoleh kearah lain.


Arsena berusaha menarik bibirnya membentuk senyuman agar Lili tak curiga. Namun malam ini ternyata Andini telah berhasil mengacaukan hatinya.


Andini istrinya yang selalu terlihat sederhana, namun ketika dimake over sedikit saja ia begitu anggun.


Miko lama banget kebelakangnya? Gerutu Andini mulai kesal.


"Iya, tadi sekalian telepon. Kamu mau dansa?" Miko mengulurkan tangannya.


"Boleh. Tapi aku belum pernah Dansa" Andini menyambut dengan senyuman dan suka cita.


"Tenang, nanti aku ajarin Girl."


Andini yang tak pernah berdansa, namun ahli dalam tari balet sepertinya bisa menyesuaikan gerakan yang diajarkan Miko.


Miko mengajarkan bagaimana posisi tangan seharusnya, dan satu tangan Miko mendarat di pinggang Andini. Berlahan lahan Miko dan Andini mulai bisa menyesuaikan gerakan satu sama lain.


Arsena terbelalak ketika melihat pria yang bersama Istrinya tak lain adalah Miko. Ia tak menyangka Andini telah mengenal adik tirinya, bahkan mereka terlihat sangat akrab.


Arsena terus saja melangkahkan kakinya mendekati keberadaan Miko dan Andini. Ada sesuatu yang menusuk ulu hatinya ketika Andini dan Miko saling melempar senyum, dan tangan Miko begitu nyaman mendarat di pinggang istrinya. Yang bahkan dia sendiri belum pernah menyentuh istrinya itu secuil pun.


Dah abis 😀



#Novel #Pilihanpapah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Verifikasi Foto e-KTP Kartu Prakerja

Tokoh utama dalam cerita Si Manis Jembatan Ancol

Mengenal Jenis Jenis Awan Yang Ada Di Langit