Baca

Tokoh utama dalam cerita Si Manis Jembatan Ancol

Gambar
Tokoh utama dalam cerita ini adalah seorang pemuda bernama Ahmad. Dia dikenal sebagai seseorang yang jujur, pekerja keras, dan cerdas. Ahmad tumbuh dalam keluarga yang sederhana namun penuh kasih sayang. Ayahnya seorang petani sedangkan ibunya seorang guru di sebuah sekolah dasar. Ahmad selalu tekun belajar dan memperoleh nilai yang sangat baik di sekolah. Ia juga rajin membantu orang tua di sawah dan selalu siap membantu orang yang membutuhkannya. Meskipun hidup dalam keadaan yang sulit, Ahmad selalu berusaha untuk tetap optimis dan tidak pernah menyerah dalam menghadapi tantangan hidup. Hal ini membuat Ahmad menjadi sosok yang dikagumi oleh banyak orang. Akhir Kata Si Manis Jembatan Ancol , kita bisa menyimpulkan bahwa kebahagiaan sejati tidak selalu berasal dari hal-hal materialistis atau uang. Selain itu, kisah ini juga mengajarkan kita tentang pentingnya bersikap jujur dan memiliki hati yang tulus dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Meskipun terkadang terdapat rintangan da...

Novel Tulang Punggung


 





Yen, ada uang gak 500 ribu, adekmu harus bayar study tour akhir tahun?)


Lagi, mama meminta uang yang jumlahnya tak sedikit. Entah sudah keberapa kali permintaan demi permintaan materi di bulan ini. Untuk kontrakan, biaya harian, bayaran sekolah, listrik, air, cicilan HP kakak dan sekarang study tour adik keempatku.


Kepala rasanya mau pecah sebab tuntutan yang tak ada hentinya. Ini bukan sewaktu-waktu, tapi rutinitas bulanan bahkan harian.


Demi itu semua, aku jadi punya utang. Untunglah yang meminjamkan bersedia diganti secara cicilan


Aku yang seharusnya jadi tulang rusuk, malah menjadi tulang punggung. Semua beban ditanggungkan padaku. Kakak lelakiku dibebaskan dengan alasan sudah menikah. Padahal belum ada anak dan gajinya juga lumayan. Tapi, ya istrinya tak mau berbagi barang sedikit.


Kakak lelaki keduaku bukan memberi, malah merongrong ibu. Ujungnya aku yang ditekan ibu untuk memenuhi permintaannya.


Bulan kemarin HP nya rusak. Ia bilang kalau tak ada benda itu, gak akan bisa cari uang. Makanya memaksa pada ibu untuk dibelikan yang baru. Padahal saban hari kerjanya main game, merokok, nongkrong, kerjanya di mana? Pulsa dan rokok pun sering minta padaku.


Karena ibu memaksaku membantu kakak, terpaksa membeli kredit pada teman. Cicilan 200 ribu sehari 'kan besar. Katanya nanti diganti. Aku tahu itu hanya ucapan, kenyataannya sampai kuda makan roti pun takkan dibayar itu utang.


Sudah dua hari aku ada lembur jadi menginep di kos teman. Takut juga kalau harus naik angkot jam sepuluh malam. Maklum di daerah ini banyak pemabuk dan preman. Aku gak mau ambil resiko diperlakukan buruk oleh mereka.


Baru dua hari tak di rumah sudah berhamburan keluhan dari ibu. Inilah, itulah. Ujung-ujungnya minta uang.


Sejak ayah pergi lima tahun lalu, beban keuangan ditimpakan padaku. Ibarat kata aku jadi kepala keluarga yang harus menghidupi ibu dan ketiga saudara lelaki dan satu adik perempuan.


Jaman memang sudah ed*n. Wanita dipaksa menjalani tugas yang bukan kewajibannya. Bahkan dobel juga, di domestik iya, keuangan iya.


"Per*wan jangan ngelamun mulu. Mending makan, nih!"


Ucapan Ina membubarkan lamunan. Gadis itu meletakkan piring berisi cakue di atas karpet spon yang dipakai alas duduk kami.


Ina merupakan teman kerja yang paling peduli padaku. Dia tak sungkan membantu ketika aku menghadapi kesulitan.


"Makan, noh badan dah kayak triplek juga!" paksa Ina sambil mengangkat piring plastik itu ke dekat tangan.


Kucomot sepotong cakue yang masih hangat ini. Kumasukkan ke dalam mulut satu ujung sisinya.


"Minta duit lagi, ya? Bilang aja gak ada gak usah maksain pinjem!"


Aku berhenti mengunyah, lalu menoleh padanya. Tidak ada yang salah dari ucapannya, tapi tak bisa diterima penuh.


Ibu akan terus memberondongku dengan berbagai alasan agar dikabulkan. Bahkan kalau kukatakan tak ada uang dan harus pinjam, beliau tak peduli.


"Kamu harus tegas, Yen. Sekali-kali biar ibu nuntut ke anak laki-lakinya. Jangan ke kamu terus. Lagian yang wajib nafkahi ibu dan adikmu, ya kakak lakimu!"


Aku tahu, sangat tahu tentang siapa pada siapa yang harus menafkahi. Sayangnya tak bisa diterapkan pada keluargaku. Anak lelaki adalah tulang rusuk, anak perempuan adalah tulang punggung.


"Pinjamlah 500 ribu, nanti gajian kubayar."


Ina memutarkan bola mata mendapatiku tak menggubris sarannya. Bukan aku tak mau, tapi tak mungkin melakukannya


*


"Abang itu kerja apa? Kok seharian main game dan nongkrong! Cari uanglah sendiri buat pulsa dan rokokmu. Jangan minta terus. Uangku sudah habis buat makan kita!"


Aku tak tahan lagi menghadap sikap bang Yana. Sehari-hari hanya main game dan ongkang kaki. Pulsa dan rokok habis minta lagi.


"Hei, pelit sekali kamu tibang minta isi pulsa lima puluh rebu, sama rokok jigo juga! Dengar, ya kalau aku menang turnamen akan kuganti semuanya!" kata bang Yana dengan mata melotot. Dia sampai berhenti mengakses HP nya.


"Turnamen apa? Lah, wong sehari-hari abang main game!"


Aku menjauh dari bang Yana sekitar beberapa langkah. Takutlah kalau dia main tangan. Maklum pemabuk juga.


"Ya, turnamen gamelah! Bulan depan itu!"


Astagfirullah! Jadi ini kerjaan dia sehari-hari. Memghabiskan waktu main game demi ikut turnamem gak guna itu? Kenapa waktu gak dipakai untuk kerja real yang menghasilkan uang? Bisa kali bantu aku menopang biaya hidup keluarga. Atau minimal untuk diri sendiri, jangan terus menyusahkan.


"Iyalah, Yen isikan pulsa abangmu.. Nanti kalau menang, kita kaya. Kamu tak udah kerja di pabrik lagi!" timpal ibu yang baru saja keluar dari dapur.


Astagfirullah! Ibu? Kok, percaya pada bualan anak kesayangannya. Turnamen itu pasti diikuti oleh kontestan seluruh dunia. Kemungkinan menang, nihil.


"Yeni dah gak ada uang, Bu. Tinggal buat ongkos ke pabrik!


"Hei, ini 'kan baru tengah bulan. Dipakai apa gajimu itu, Yen? Makanya jangan boros, jangan banyak gaya. Kita itu hukan orang kaya. Harus hemat!"


Kata-kata ibu bukan hanya kencang, tapi juga tajam. Serupa pedang yang ditancap dari depan, ujungnya sampai di belakang.



#Novel #Tulangpunggung

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Verifikasi Foto e-KTP Kartu Prakerja

Tokoh utama dalam cerita Si Manis Jembatan Ancol

Mengenal Jenis Jenis Awan Yang Ada Di Langit